Minggu, 28 Februari 2016

Sense Of Humor untuk Anak Usia Dini

Sense Of Humor unuk Anak Usia Dini

Bercanda itu selain menyehatkan jiwa, bisa mengembangkan kecerdasan. Terkadang sebagai orang tua kita lupa bagaimana caranya bercanda dengan anak. Dengan alasan Quality time, ketika ada waktu berkumpul suasananya terkesan kaku dan sungkan. Orang tua biasanya mengawali percakapan dengan "bagaimana hari ini disekolah?", dan si anak terbiasa menjawab dengan "baik-baik saja".
Orang yang belum kenal saya pasti melihat saya sabagai orang yang sangat serius dan ga suka bercanda. Tapi mereka yang sudah mengenal saya, mereka akan melihata saya aneh kalau saya bicara serius. Saya senang bercanda, bahkan saya terkadang lupa dengan siapa dan dimana saya bicara. Hal itu yang membuat saya merasa bahwa anak-anak seharusnya diajarkan "bercanda". Humor yang dikembangakan yaitu selera humor yang dapat meningkatkan kecerdasan bahasa, kognitif, dan sosial anak. Bukan bercandaan yang sekedar fisik (tertawa bila ada yang jatuh, melakukan gerakan-gerakan yang memancing tawa). Ini pengalaman saya dengan Kyan anak saya yang menegaskan kembali bahwa perkmbangan anak tidak harus dulihat dari sisi yang "serius", tapi ketika ada hal yang lucu itu juga harus menjadi penilaian. Suatu hari, saya dan Kyan makan bakso di warung bakso dekat sekolahnya Kyan. Kyan berusia 4 tahun, artikulasi bicaranya masih belum terlalu jelas. Ketika mau makan bakso tiba-tiba dia terlihat sangat ketakutan dan mengajak saya untuk cepat pulang. Saya bertanya kepada Kyan " Ada apa? Bunda baru satu suap nih makannya". Kyan dengan ketakutan cuma menjawab "Pulang bunda....cepetan". Melihat ekspresinya yang seperti itu saya pun cepat-cepat menghabiskan baksonya. Ketika dijalan, saya tanya lagi "Tadi  Kyan kenapa ko ketakutan kaya gitu sih?". Kyan menjawab "Iya bun...aku takut, tadi aku lihat hantu". Mendengar itu saya berusaha untuk bersikap tenang, walaupun agak kaget " Hantu? masa siiih...hantu dimana?". Dengan ekspresi yang sangat serius Kyan mendekatkan wajahnya ke wajahku lalu berkata " Hantunya di muka bunda....ha ha ha ha..." (Kyan tertawa terbahak-bahak sambil memegang perut). Spontan ekspresiku berubah cemberut mendengar jawaban Kyan. Kyan mengerti kalau saya tidak suka dengan jawabannya lalu Kyan berkata "Maaf bun...bercanda jeee" (dengan dialeknya upin ipin).
Setelah itu saya senyam senyum sendiri mengingat jawaban  Kyan. Dia sudah mulai pandai melucu dan bukan bercandaan "srimulat" (istilahku buat bercanda fisik seperti mau duduk kursinya digeser hingga terjatuh). Tapi dia tahu bagaimana memancing rasa penasaran orang lain dan membawanya ke titik yang bisa dia "jatuhkan". Hal seperti itu untuk anak usia 4 tahun luar biasa. Cerita antara saya dan Kyan dapat terlihat bahwa Kyan memiliki kecerdasan linguistik (menggunakan istilah Multiple integence) karena Kyan bisa memilih kata yang lucu. Kecerdasan kognitif bisa terlihat bagaimana kyan bisa cerdas menggunakan situasi yang dimunculkan menjadi situasi yang lucu. Saya tahu bahwa Kyan bukan takut karena hantu tapi karena melihat orang yang tidak memiliki kaki, kebetulan sedang makan bakso juga diwarung yang sama. Kecerdasan interpersonal terlihat ketika Kyan cepat-cepat meminta maaf setelah melihat ekspresi wajah saya yang kurang suka dengan kata-katanya. Tidak semua anak mau dengan mudah  meminta maaf kepada orang lain apalagi jika merasa tidak bersalah. Tapi dari kesemuanya itu, yang menyenangkan dari bercanda adalah melihat senyum Kyan....senyum terindah yang pernah saya lihat.

Senin, 22 September 2014

Dimensi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini



1. Dimensi Perkembangan Motorik Kasar
a. Gerak Lokomosi
Keterampilan gerak lokomotor meliputi gerak tubuh yang berpindah tempat, seperti berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur, berguling dll. Keterampilan gerak lokomotor membantu kesadaran anak akan konsep ruang. Kesadaran ini disebut kesadaran persepsi motorik yang meliputi kesadaran dirinya sendiri, waktu, hubungan ruang, konsep arah, visual dan pendengaran.
b. Gerak Non lokomosi
Keterampilan gerak non lokomotor yaitu menggerakan tubuh dengan posisis tubuh diam ditempat, seperti mengangkat, berayun bergoyang,merentang, memegang, memeluk, memutar, membungkuk, dan mendorong. Keterampilan ini berhubungan dengan keseimbangan.
c. Gerak manipulatif
Keterampilan gerak manipulatif meliputi penggunaan serta pengontrolan gerakan otot-otot kecil yang terbatas, terutama pada tangan dan kaki, seperti menyepak, melempar, mengarahkan, memikul, melambung, menangkap
    
2. Prinsip-prinsip Perkembangan Motorik Kasar
          Prinsip-prinsip pelaksanaan aktivitas permainan untuk perkembangan motorik kasar yaitu :
1.    Sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
2.    Suasana yang menyenangkan (Joyfull learning).
3.    Berencana dan bertahap.
4.    Aktivitas yang variatif.
5.    Aktivitas dalam bentuk permainan.
3. Tahapan Perkembangan Motorik Kasar
    a. Penjelajahan (Eksploration)
       Dalam tahap penjelajahan (eksploration) anak akan mempelajari sesuatu dengan mencari tahu sendiri apa yang mungkin dikerjakan.


    b. Penemuan (Discovery)
       Tahap penemuan (discovery) merupakan tahap anak menemukan konsep gerakan. Konsep tersebut diperkaya lagi dengan adanya kecepatan, arah, irama dan juga lingkungan.
   c. Pemilihan (Selection)/Kognisi
       Dalam tahap pemilihan (selection), anak sudah dapat memilih teknik, gaya bahkan aktivitas tertentu yang mereka inginkan.
   d. Gabungan (Coordination)
       Tahap gabungan (coordination), anak dapat menggabungkan   beberapa gerakan dengan beberapa teknik dan gaya.
   e. Otomatisasi 
Tahap otomatisasi merupakan tahap paling tinggi dalam  perkembangan motorik kasar. Pada tahap ini anak sudah memiliki gerakan reflek yang terkoordinasi dengan baik, dan juga koordinasi antara teknik dan gaya dalam gerakan.

      4. Pengembangan Kreativitas Dalam Konsep Motorik Kasar
Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa aktivitas motorik kasar dapat mengembangkan kreativitasnya. Beberapa aktivitas yang akan dibahas dalam panduan ini akan memperlihatkan kaitan antara motorik kasar dan kreativitas.
Untuk sampai ke tahap memunculkan kreativitas, ada beberapa tahapan motorik yang telah disampaikan di atas. Ada lima tahapan yang secara umum dapat dibedakan. Dimana kelima tahapan tersebut ada dalam setiap dimensi perkembangan motorik kasar. Di tahapan akhir dapat terlihat kreativitas anak dalam menghasilkan produk/hasil karya motorik kasar berupa seni gerak, baik itu berupa tarian maupun gerak tubuh seperti pantomim.

Kyan : Chapter 2

"Bu...nuget ada?", tanya Kyan sama penjaga warung deket rumah. Padahal saya aja ga tahu kalau di warung itu menjual nuget karena tujuan ke warung memang bukan untuk membeli nuget. Si ibu warung itu menjawab " Eh..kyan, blm ada, kamu datengnya kepagian, ibu baru siap-siap mau buka". Kyan seakan-akan sudah sering main ke warung itu tp seingatku dia jarang banget, bahkan saya sendiri lupa kapan terakhir ke warung itu. Rupanya pengalaman Kyan ke warung itu yang diingat yaitu sate nugetnya. Saat itu saya menambah daftar kecerdasan Kyan yang muncul yaitu Interpersonal. Salah satu kecerdasan yang dikemukakan Howard Gardner dalam Multiple Intelegences. Kyan mau dan mampu bergaul dengan baik tidak hanya dengan teman sebayanya tapi dengan yang lebih dewasa juga. Bahkan Kyan terlihat lebih senang berkomunikasi dengan yang lebih dewasa. Suatu hari ketika berenang, ada seorang ibu-ibu yang besar sekali. Kyan sepertinya terkesima dengan ukuran badan ibu itu. Kemudian Kyan mendekati si ibu itu dan menyebutkan namanya. "Iyan" kata Kyan, lalu si ibu pun merespon Kyan "Oo...namanya Iyan...umurnya berapa?"...sampai akhirnya mereka ngobrol. Kyan memang senang diajak bicara, walau kadang kita sulit mengerti apa yang dimaksud karena artikulasinya masih  belum cukup baik, bahkan Kyan harus mengulang beberapa kali kata yang dimaksud sampai harus diperagakan. Kyan terus berusaha kalau kata yang dimaksud belum dimengerti orang lain sampai lawan bicaranya mengerti.




Minggu, 21 September 2014

Pengembangan APE Berbasis Bahan Lokal



A.   Pentingnya Bermain Untuk Anak Usia Dini.
Bermain untuk anak usia dini bukan hanya hak akan tetapi kewajiban, karena bermain merupakan aktivitas yang melekat dan menjadi penciri sepanjang masa perkembangan anak usia dini. Bermain menjadi strategi belajar yang tepat dan natural yang dilakukan oleh anak usia dini. Dengan bermain, anak akan mendapatkan proses pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangannya secara natural. Oleh karena itu aktivitas bermain biasanya muncul secara alamiah pada anak usia dini kapan saja dan di mana saja ketika mereka menjelajah berbagai sumber belajar di lingkungan sekitar untuk mengetahui dan menemukan berbagai hal yang mereka anggap menarik.
Aktivitas bermain memungkinkan anak mengekspresikan pengetahuan, pemahaman dan nilai-nilai dirinya serta  menggunakan hal itu untuk berinteraksi dengan berbagai konteks lingkungan. Bermain juga menjadi penting sebagai sarana bagi anak usia dini mengembangkan fantasi dan kreativitasnya, kebutuhan gerakan fisik/motorik serta menemukan dan memperkaya perbendaharaan kosa kata, pengetahuan dan nilai yang diperoleh ketika berinteraksi sosial.
Bermain pada anak usia dini akan lebih bermakna, menarik dan menyenangkan jika disertai dengan menggunakan alat permainan edukatif. Tidak hanya itu, bermain akan bermakna bagi anak apabila terencana, tertata lingkungannya dan diberikan pijakan oleh Pendidik atau orang dewasa sehingga dapat mengembangkan semua kemampuan anak. Maka menjadi sangat penting bagi para pendidik untuk memahami tingkat perkembangan anak. Alat permainan edukatif akan membantu pendidik menjembatani tingkat pemahaman pendidik dan tingkat pemahaman anak. Anak usia dini (0-6 tahun) berada dalam tahap sensori-motor (0-2 tahun) dan pra-operasional kongkrit (2,1-7,0 tahun) yang sebagian aktivitasnya dilakukan melalui bermain dan senang mengggunakan berbagai alat permainan.
Menurut Hurlock bermain dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1.    Bermain aktif
Bermain aktif adalah bermain dengan kegembiraan yang timbul dari apa yang dilakukan anak itu sendiri. Kebanyakan anak melakukan berbagai bentuk bermain aktif,tetapi banyaknya waktu yang digunakan dan banyaknya kegembiraan yang akan diperoleh dari setiap permainan sangat bervariasi. Berbagai bentuk bermain aktif yang popular dikalangan anak adalah :
a.    Bermain bebas dan spontan
Contohnya  :
  Anak-anak ada yang bermain boneka, bermain mobil-mobilan dalam satu ruangan yang sama.
b.    Bermain peran
Contohnya :
  Bermain keluarga-keluargaan, anak-anak ada yang menjadi ayah, ibu, kakak dan adik.
  Bermain pasar-pasaran anak-anak ada yang menjadi penjual dan ada yang menjadi pembeli.
c.     Mengumpulkan benda-benda
Contohnya :
  Jaman dahulu anak-anak sering mengumpulkan pecahan genteng (bite) untuk dijadikan bahan permainan temprak.
  Mengumpulkan biji-bijian sebagai bahan permainan congklak.
d.    Membangun dan menyusun.
Contohnya :
Bermain boy-boyan, biasanya dalam permainan ini anak-anak akan menyusun potongan-potongan genteng bagi yang menjadi lawan menghancurkannya kembali dengan bola kasti. Begitulah sampai akhir hingga didapatkan pemenangnya yang berhasil mendirikan tumpukan genteng.
  Bermain membuat istana atau gunung dari pasir.
e.    Games dan olahraga.
Contohnya :
  Bermain kucing dan tikus.
Dalam satu lingkaran yang didalamnya ada yang menjadi tikus, sedangkan yang menjadi kucing berada diluar lingkaran yang harus mengejar tikus dengan cara mengejarnya dan mendobrak lingkaran tersebut yang terbuat dari anak-anak yang lainnya.
  Bermain gobak asin
f.     Bermain musik.
Contohnya :
  Memukul kaleng atau galon air secara teratur agar menjadi music.
  Bermain musik tradisional disekolah.
g.     Eksplorasi
Contohnya :
  Bernain undur-undur.
Dalam permainan ini anak-anak akan meneliti sebuah lingkaran kecil dalam tanah, apakah didalam tanah tersebut ada hewannya atau tidak sambil bernyanyi.
h.     Melamun
Contohnya :
  Bermain melamunkan menjadi seorang pahlawan kebenaran seperti menjadi power ranger.
  Melamunkan menjadi seorang pembalap yang mengendarai mobil balap.
i.      Bermain computer
Contohnya :
  Bermain playstation
  Bermain game dari internet
2.    Bermain pasif
a.    Membaca
Contohnya :
  Membaca majalah.
  Membaca Koran.
b.    Melihat dan membaca komik
Contohnya :
  Membaca komik doraemon.
  Melihat topeng monyet.
c.    Menonton film / TV.
d.    Mendengarkan radio.
e.    Mendengarkan musik


B.   Prinsip Pengembangan APE Berbasis Bahan Lokal
Prinsip pengembangan APE berbasis bahan lokal yang perlu diperhatikan pendidik PAUD diantaranya adalah :
1.    Akomodatif pada kebutuhan, karakteristik dan tahapan perkembangan anak (DAP)
2.    Aman dari berbagai aspek (sesuai SNI ISO 8124).
3.    Menarik dan Menyenangkan.
4.    Mudah dan Praktis.
5.    Mengandung berbagai pengetahuan dan nilai-nilai.
6.    Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, termasuk bahan bekas layak pakai.

C.   Pengembangan APE Bahan Lokal
1.    Pantai
Pantai sebagai salah satu bentuk permukaan alam yang ada di Indonesia merupakan salah satu tempat yang indah dan dengan potensi alam yang luar biasa. Selain pemandangannya yang menjadi komoditas pariwisata, pantai juga memiliki bahan/material yang sangat bermanfaat sebagai sumber belajar anak. Ada pun bahan-bahan yang dapat ditemui di pantai yaitu pasir, batu-batuan kecil maupun besar, air, tanah, pepohonan yang ada di sekitar pantai. Semua itu dapat menjadi alat permainan edukatif. Salah satunya yaitu pasir, dengan pasir anak-anak dapat bermain membangun. Anak-anak akan mengeksplor imajinasinya membangun istana, rumah, masjid, benteng atau apapun yang ingin mereka buat dengan pasir yang ada di pantai.
2.    Pegunungan
Daerah pegunungan kaya akan pepohonan yang bermacam-macam,dari yang kecil sampai yang besar. Selain itu, di pegunungan banyak beraneka jenis tumbuhan bunga, buah, dan juga pohon-pohon rindang yang dapat dimanfaatkan dari akar hingga daunnya. Biji-bijian, bambu, pelepah, bunga, daun, batang pohon, serabut dan tempurung kelapa, jerami padi dan tanah liat adalah sebagian yang dapat dijadikan alat permainan edukatif. Seperti engrang yang terbuat dari bamboo atau dari tempurung kelapa.
3.    Perkotaan
Di perkotaan banyak tempat penjualan bahan bangunan, toko-toko kelontong, pasar, maupun tempat makan dan minum, supermarket, toko swalayan, toko besi, pasar grosir. Masing-masing tempat tersebut memiliki barang-barang khusus. Alat permainan dari tempat-tempat tersebut terdiri atas benda-benda yang sebenarnya dan bukan tiruan, sehingga anak-anak akan sangat menyukainya karena merasa seperti dalam kehidupan yang sebenarnya. Apalagi bila pekerjaan ini dia lihat dalam keadaan sehari-hari,misalnya, dari toko besi kita dapatkan : Karet gelang, catut, tang, gergaji kecil, penggaris, palu kecil, kertas amplas macam-macam ukuran dari kasar ke halus, berbagai macam cantolan, tutup dan sekrup, berbagai ukuran paku dan sebagainya. Dari toko makanan dan kue dapat dikumpulkan, misalnya : Gelas-gelas plastik bekas, piring kertas, cup eskrim dan sendoknya, biscuit huruf, binatang, angka-angka kecil, tusuk gigi, tusuk sate dan sebagainya. (Mayke. 2001:75-76). Di supermarket/toko swalayan dapat juga dibeli maupun dikumpulkan macam-macam benda yang dapat digunakan sebagai alat permainan yang dapat dikelompok-kelompokan.
4.    Perkebunan
Daerah perkebunan memiliki kekhasan tersendiri dalam pengolahan sumber daya alam, khususnya dalam pengembangan alat permainan edukatif. Kekhasan itu tergantung apa yang ditanam di perkebunan tersebut, seperti perkebunan buah diantaranya semangka, melon, durian, jeruk bali, jeruk, dll. Selain itu ada juga perkebunan bunga seperti bunga mawar, bunga matahari, bunga sedap malam dll. Perkebunan lainnya juga seperti perkebunan teh, perkebunan karet, perkebunan pohon jati, dll. Kreativitas pengembangan alat permainan edukatif biasanya muncul karena terbiasa berhadapan dengan bahan-bahan itu. Contoh alat permainan edukatif yang berkembang di daerah perkebunan jeruk bali yaitu dengan menggunakan kulit jeruk bali sabagai bahan membuat mobil-mobilan.