Minggu, 21 September 2014

Pengembangan APE Berbasis Bahan Lokal



A.   Pentingnya Bermain Untuk Anak Usia Dini.
Bermain untuk anak usia dini bukan hanya hak akan tetapi kewajiban, karena bermain merupakan aktivitas yang melekat dan menjadi penciri sepanjang masa perkembangan anak usia dini. Bermain menjadi strategi belajar yang tepat dan natural yang dilakukan oleh anak usia dini. Dengan bermain, anak akan mendapatkan proses pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangannya secara natural. Oleh karena itu aktivitas bermain biasanya muncul secara alamiah pada anak usia dini kapan saja dan di mana saja ketika mereka menjelajah berbagai sumber belajar di lingkungan sekitar untuk mengetahui dan menemukan berbagai hal yang mereka anggap menarik.
Aktivitas bermain memungkinkan anak mengekspresikan pengetahuan, pemahaman dan nilai-nilai dirinya serta  menggunakan hal itu untuk berinteraksi dengan berbagai konteks lingkungan. Bermain juga menjadi penting sebagai sarana bagi anak usia dini mengembangkan fantasi dan kreativitasnya, kebutuhan gerakan fisik/motorik serta menemukan dan memperkaya perbendaharaan kosa kata, pengetahuan dan nilai yang diperoleh ketika berinteraksi sosial.
Bermain pada anak usia dini akan lebih bermakna, menarik dan menyenangkan jika disertai dengan menggunakan alat permainan edukatif. Tidak hanya itu, bermain akan bermakna bagi anak apabila terencana, tertata lingkungannya dan diberikan pijakan oleh Pendidik atau orang dewasa sehingga dapat mengembangkan semua kemampuan anak. Maka menjadi sangat penting bagi para pendidik untuk memahami tingkat perkembangan anak. Alat permainan edukatif akan membantu pendidik menjembatani tingkat pemahaman pendidik dan tingkat pemahaman anak. Anak usia dini (0-6 tahun) berada dalam tahap sensori-motor (0-2 tahun) dan pra-operasional kongkrit (2,1-7,0 tahun) yang sebagian aktivitasnya dilakukan melalui bermain dan senang mengggunakan berbagai alat permainan.
Menurut Hurlock bermain dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1.    Bermain aktif
Bermain aktif adalah bermain dengan kegembiraan yang timbul dari apa yang dilakukan anak itu sendiri. Kebanyakan anak melakukan berbagai bentuk bermain aktif,tetapi banyaknya waktu yang digunakan dan banyaknya kegembiraan yang akan diperoleh dari setiap permainan sangat bervariasi. Berbagai bentuk bermain aktif yang popular dikalangan anak adalah :
a.    Bermain bebas dan spontan
Contohnya  :
  Anak-anak ada yang bermain boneka, bermain mobil-mobilan dalam satu ruangan yang sama.
b.    Bermain peran
Contohnya :
  Bermain keluarga-keluargaan, anak-anak ada yang menjadi ayah, ibu, kakak dan adik.
  Bermain pasar-pasaran anak-anak ada yang menjadi penjual dan ada yang menjadi pembeli.
c.     Mengumpulkan benda-benda
Contohnya :
  Jaman dahulu anak-anak sering mengumpulkan pecahan genteng (bite) untuk dijadikan bahan permainan temprak.
  Mengumpulkan biji-bijian sebagai bahan permainan congklak.
d.    Membangun dan menyusun.
Contohnya :
Bermain boy-boyan, biasanya dalam permainan ini anak-anak akan menyusun potongan-potongan genteng bagi yang menjadi lawan menghancurkannya kembali dengan bola kasti. Begitulah sampai akhir hingga didapatkan pemenangnya yang berhasil mendirikan tumpukan genteng.
  Bermain membuat istana atau gunung dari pasir.
e.    Games dan olahraga.
Contohnya :
  Bermain kucing dan tikus.
Dalam satu lingkaran yang didalamnya ada yang menjadi tikus, sedangkan yang menjadi kucing berada diluar lingkaran yang harus mengejar tikus dengan cara mengejarnya dan mendobrak lingkaran tersebut yang terbuat dari anak-anak yang lainnya.
  Bermain gobak asin
f.     Bermain musik.
Contohnya :
  Memukul kaleng atau galon air secara teratur agar menjadi music.
  Bermain musik tradisional disekolah.
g.     Eksplorasi
Contohnya :
  Bernain undur-undur.
Dalam permainan ini anak-anak akan meneliti sebuah lingkaran kecil dalam tanah, apakah didalam tanah tersebut ada hewannya atau tidak sambil bernyanyi.
h.     Melamun
Contohnya :
  Bermain melamunkan menjadi seorang pahlawan kebenaran seperti menjadi power ranger.
  Melamunkan menjadi seorang pembalap yang mengendarai mobil balap.
i.      Bermain computer
Contohnya :
  Bermain playstation
  Bermain game dari internet
2.    Bermain pasif
a.    Membaca
Contohnya :
  Membaca majalah.
  Membaca Koran.
b.    Melihat dan membaca komik
Contohnya :
  Membaca komik doraemon.
  Melihat topeng monyet.
c.    Menonton film / TV.
d.    Mendengarkan radio.
e.    Mendengarkan musik


B.   Prinsip Pengembangan APE Berbasis Bahan Lokal
Prinsip pengembangan APE berbasis bahan lokal yang perlu diperhatikan pendidik PAUD diantaranya adalah :
1.    Akomodatif pada kebutuhan, karakteristik dan tahapan perkembangan anak (DAP)
2.    Aman dari berbagai aspek (sesuai SNI ISO 8124).
3.    Menarik dan Menyenangkan.
4.    Mudah dan Praktis.
5.    Mengandung berbagai pengetahuan dan nilai-nilai.
6.    Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, termasuk bahan bekas layak pakai.

C.   Pengembangan APE Bahan Lokal
1.    Pantai
Pantai sebagai salah satu bentuk permukaan alam yang ada di Indonesia merupakan salah satu tempat yang indah dan dengan potensi alam yang luar biasa. Selain pemandangannya yang menjadi komoditas pariwisata, pantai juga memiliki bahan/material yang sangat bermanfaat sebagai sumber belajar anak. Ada pun bahan-bahan yang dapat ditemui di pantai yaitu pasir, batu-batuan kecil maupun besar, air, tanah, pepohonan yang ada di sekitar pantai. Semua itu dapat menjadi alat permainan edukatif. Salah satunya yaitu pasir, dengan pasir anak-anak dapat bermain membangun. Anak-anak akan mengeksplor imajinasinya membangun istana, rumah, masjid, benteng atau apapun yang ingin mereka buat dengan pasir yang ada di pantai.
2.    Pegunungan
Daerah pegunungan kaya akan pepohonan yang bermacam-macam,dari yang kecil sampai yang besar. Selain itu, di pegunungan banyak beraneka jenis tumbuhan bunga, buah, dan juga pohon-pohon rindang yang dapat dimanfaatkan dari akar hingga daunnya. Biji-bijian, bambu, pelepah, bunga, daun, batang pohon, serabut dan tempurung kelapa, jerami padi dan tanah liat adalah sebagian yang dapat dijadikan alat permainan edukatif. Seperti engrang yang terbuat dari bamboo atau dari tempurung kelapa.
3.    Perkotaan
Di perkotaan banyak tempat penjualan bahan bangunan, toko-toko kelontong, pasar, maupun tempat makan dan minum, supermarket, toko swalayan, toko besi, pasar grosir. Masing-masing tempat tersebut memiliki barang-barang khusus. Alat permainan dari tempat-tempat tersebut terdiri atas benda-benda yang sebenarnya dan bukan tiruan, sehingga anak-anak akan sangat menyukainya karena merasa seperti dalam kehidupan yang sebenarnya. Apalagi bila pekerjaan ini dia lihat dalam keadaan sehari-hari,misalnya, dari toko besi kita dapatkan : Karet gelang, catut, tang, gergaji kecil, penggaris, palu kecil, kertas amplas macam-macam ukuran dari kasar ke halus, berbagai macam cantolan, tutup dan sekrup, berbagai ukuran paku dan sebagainya. Dari toko makanan dan kue dapat dikumpulkan, misalnya : Gelas-gelas plastik bekas, piring kertas, cup eskrim dan sendoknya, biscuit huruf, binatang, angka-angka kecil, tusuk gigi, tusuk sate dan sebagainya. (Mayke. 2001:75-76). Di supermarket/toko swalayan dapat juga dibeli maupun dikumpulkan macam-macam benda yang dapat digunakan sebagai alat permainan yang dapat dikelompok-kelompokan.
4.    Perkebunan
Daerah perkebunan memiliki kekhasan tersendiri dalam pengolahan sumber daya alam, khususnya dalam pengembangan alat permainan edukatif. Kekhasan itu tergantung apa yang ditanam di perkebunan tersebut, seperti perkebunan buah diantaranya semangka, melon, durian, jeruk bali, jeruk, dll. Selain itu ada juga perkebunan bunga seperti bunga mawar, bunga matahari, bunga sedap malam dll. Perkebunan lainnya juga seperti perkebunan teh, perkebunan karet, perkebunan pohon jati, dll. Kreativitas pengembangan alat permainan edukatif biasanya muncul karena terbiasa berhadapan dengan bahan-bahan itu. Contoh alat permainan edukatif yang berkembang di daerah perkebunan jeruk bali yaitu dengan menggunakan kulit jeruk bali sabagai bahan membuat mobil-mobilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar